CERPEN MORAL, TEMA SEJARAH

ANAK TANGGA PENENTU CITA CITA


Sore tepatnya jam 5 sore, aku mengebrak mejaku, entah kenapa tanganku seolah juga ikut marah. "Hiih kenapa sih, apa gunannya, gak puas ? aku berteriak jengkel ", ini karena berita di TV yang menayangkan korupsi yang begitu mekar, seperti benalu yang mendapat air hujan. Lama aku jengkel akupun meletakan kepalaku dikasur tanpa bantal, karena menurutku itu lebih sehat. Dengan perasaan jengkel, aku berusaha melupakan itu, namun pikiranku masih digantung oleh masalah itu.

Kipas dikamarku berembus sepoi-poi, membuat tubuhku menggigil dan mengantuk. Lama kelamaan mataku terpejam, namun segera pecah karena suara tangisan anak kecil di luar rumahku. " siapa itu " aku bertanya dalam hati, aku semakin terheran-heran saat jeritannya semakin menggetarkan jiwaku. Setelah beberapa menit mendengar jeritan itu, aku memutuskan untuk keluar memeriksa suara itu.

Tak kusangka 3 bocah kecil dijalanan mungkin juga ketiganya bersaudara, saling berebut kue donat, adik dari ketiga anak jalanan itu terisak karena kalah rebut dengan kakak-kakaknya. Aku yang melihatnya semakin tak tega ketika sebuah mobil melewati jalan yang tergenang air didepan anak jalanan itu yang menyipratkan air bekas hujan itu.

Aku menangis deras, entah berapa liter air mata yang kukeluarkan, seakan seperti banjir bandang yang menjebol tanggul, pecah berantakan hatiku. Aku yang hanya bisa berdoa agar dia memiliki kehidupan lebih baik kembali kerumah meninggalkan anak jalanan itu dan kembali berpikir. Entah mengapa aku teringat masalah korupsi. " ooh iya " aku mendapat pemikiran yang tiba-tiba.

Aku mulai menyimpulkan pemikiranku. "Taaag" bolpoin hitam kuletakan sebagai akhir dari pemikiranku. Aku menyimpulkan bahwa hidup ini seperti tangga dan sang pemakainya. Jika pemakai bijak dia akan selalu melihat anak tangga yang membantunya naik, namun jika pemakainya bodoh dia akan ugal ugalan dalam menaiki anak tangga dan akan terpeleset jika tak tepat pijakan. Seperti itulah kehidupan jika kita lupa akan sejarah kita akan terlena dan jatuh tapi jika kita menikmati proses pastilah kesuksesan tepat gapaian.

Setelah merumuskan kata pemikiran itu, aku mengajak ayahku untuk menghampiri anak jalanan itu. Aku mengajak ayah ibuku untuk mengadopsi ketiga anak jalanan itu, karna aku yakin rasa sakit yang mereka alami akan selalu jadi kenangan terindahnya.


Pesan : Jangan korupsi, Jangan Tamak, ingatlah perjuangan orang tersayangmu yang membantumu naik, dan saat kau naik kau kecewakan orang tersayangmu dan ribuan orang kerabat dekatmu. Selalu ingat pepatah " Jas Merah, Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah "

Komentar

Postingan Populer